1.
TARI TAREK PUKAT
Tari Tarek Pukat adalah
salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Tarian ini
biasanya dibawakan oleh sekelompok penari wanita yang menari dengan menggunakan
tali sebagai atribut menarinya. Tari Tarek Pukat ini merupakan tarian
menggambarkan tentang aktivitas para nelayan Aceh saat menangkap ikan di laut.
Tarian ini biasanya sering ditampilkan di berbagai acara seperti upacara
penyambutan, acara adat, dan acara budaya.
Menurut sejarahnya, Tari
Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat atau tradisi menarik jala
yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh, Khususnya masyarakat di daerah
pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Konon kegiatan menarek
pukat ini sudah dilakukan masyarakat pesisir Aceh sejak lama.
Tari Tarek Pukat
biasanya ditampilkan oleh para penari wanita. Jumlah penari tersebut terdiri
dari 7 orang penari atau lebih. Jumlah penari biasanya disesuaikan dengan
kelompok atau sanggar masing-masing. Dalam pertunjukannya, penari dibalut
dengan busana tradisional serta dihias dengan hiasan dan tata rias yang
membuatnya terlihat cantik. Dengan diiringi kelompok pengiring, penari menari
dengan gerakannya yang khas dan menggunakan tali sebagai atribut menarinya.
2.
TARI BINES
(sumber
: tribunnews.com)
Tari Bines merupakan
tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tarian ini muncul dan
berkembang di Aceh Tengah namun kemudian dibawa keAceh Timur. Menurut sejarah
tarian ini diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syech Saman dalam rangka
berdakwah.Tari ini ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil
menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari
melakukan gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan
akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan
bagian dari Tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik dari tari Bines
adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa undangan dengan
menaruhnya diatas kepala perempuan yang menari. Tari Bines biasanya di akhir
acara akan di adakan pengambilan bunga dari kepala yang di sebut orang gayo
adalah Nuet Tajuk waktu pengambilan bunga para penari bines biasanya diberikan
uang sebagai ganti bunganya, ini merupakan sebagai harga untuk bunga tersebut.
3.
TARI GUEL
(sumber
: tribunnews.com)
Tari guel adalah salah
satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti membunyikan. Khususnya di
daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para
peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekadar tari.
Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.
Dalam perkembangannya,
tari guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam
upacara adattertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkkungan
kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari
ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra,
musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan
semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya
filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini
menjadi objek penelitian sejumlah surveyor dalam dan luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa
Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah koodinasi Depdikbud
(dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs Asli Kesuma,
Mursalan Ardy, Drs Abdrrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun melakukan
survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman,
budayawan untuk menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari
guel. Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang
dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.
4.
TARI SAMAN
(sumber
: indonesiakaya.com)
Tari Saman adalah sebuah
tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa
penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain
itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Acehdidirikan
dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh
Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya
Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk
Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Tari Saman merupakan
salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan
pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Sebelum
saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua
cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar)
atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair
pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya terdiri dari
pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian
tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup
sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing
grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak
lawan.
5.
TARI MESEKAT
(sumber
: wordpress.com)
Mesekat salah satu
tarian dari suku Alas di Aceh Tenggara, merupakan tarian yang dibawakan oleh
anak-anak sampai orang dewasa secara berkelompok dengan posisi berbaris,
sepertinya halnya orang salat saat membaca tahayatul akhir. Dalam tarian
biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi atau she yang nantinya menjadi
panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak dan serasi dan
dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan
suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara membawakannya harus
dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara berurutan. Dalam
permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain minimal 18 orang.
Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat atau
pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.
6.
TARI RATOH DUEK
(sumber
: chic-id.com)
Tari Ratoh Duek adalah
tarian dari provinsi Aceh. Tarian ini dilakukan oleh 11 wanita dan 2 syahie .
Didampingi irama Islam , unsur-unsur tari terlihat begitu harmonis. Tari ini
dibawakan dengan penuh semangat sebagai gambaran tentang interaksi kehidupan
sehari-hari dan kekompakan masyarakat Aceh . Hal ini tercermin dalam harmoni
antara penari saat mereka bertepuk tangan secara berirama . Tarian ini
membutuhkan gerakan tari yang harmonis dan nyanyian , mencerminkan keharmonisan
masyarakat Aceh.
Tari Ratoh Duek sangat
populer di luar provinsi Aceh, namun tarian ini di luar Aceh seringkali
dianggap sebagai Tari Saman. Perbedaan tari Saman dengan Raeasi turunan dari
Tari Saman. Ketika tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif
Budaya Takbenda Warisan Manusia, maka sejak itu Tari Saman dilarang untuk
dibawakan oleh wanita, tari Saman hanya boleh dibawakan oleh para lelaki dengan
menggunakan pakaian khas Gayo. Tarian saman yang biasa dimainkan remaja putri
di pesisir berubah menjadi ratoh duek. Dari ratoh duek kemudian berubah lagi
menjadi Tari Rateb Meuseukat.
7.
TARI RAPA’I GELENG
(sumber
: wikimedia.com)
Rapa’i Geleng adalah
sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh Bagian Selatan
tepatnyaManggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten Aceh Barat Daya. Rapa’i
Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Selatan. Permainan Rapa’i
Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam
hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat.
Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan,
kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Meuseukat.
Jenis tarian ini
dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan tarian ini ada 12 orang
laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada
masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang
dijunjung tinggi.
Kostum yang dipakai
berwarna hitam kuning berpadu manik-manik merah. Fungsi dari tarian ini adalah
syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang
bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Rapa’i Geleng pertama kali
dikembangkan pada tahun 1965 di Aceh Selatan. Saat itu tarian ini dibawakan
pada saat mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian
ini dijadikan sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang
sangat banyak.
8.
TARI SEUDATI
(sumber
:tribunnews.com)
Tari Seudati adalah nama
tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat,
yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan
Nabi Muhammad utusan Allah.
Tarian ini juga termasuk
kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu
membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh
sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi
sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional
Indonesia.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon